Saturday, December 23, 2017

128 Negara PBB Melawan, Donald Trump dalam Wujudkan Ancaman tentangYerusalem

128 Negara PBB Melawan, Donald Trump dalam Wujudkan Ancaman

Dalam sidang darurat Majelis Umum PBB pada Kamis 21 Desember 2017, 128 dari 193 negara menentang keputusan Trump soal Yerusalem. Hanya sembilan negara yang mendukung, termasuk Israel. Sementara, 35 lainnya memilih abstain.
Hasil voting yang meloloskan rancangan resolusi PBB tersebut menjadi pukulan buat Donald Trump. Sejumlah sekutu dekatnya tak berada di pihaknya. Jepang dan Korea Selatan, misalnya, soal Yerusalem satu suara dengan Korea Utara yang jadi musuh bebuyutan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan balas memperingatkan Donald Trump. Menurutnya, ancaman miliarder nyentrik itu tak akan menggoyahkan sikap negaranya.
"Saya berharap, AS tak akan mendapatkan apa yang mereka inginkan (dalam sidang PBB). Dunia akan memberikan pelajaran berharga untuk Amerika," kata Erdogan dalam pidatonya di Ankara, seperti dikutip dari Russian Today (RT).
Ancaman Donald Trump ditujukan pada negara-negara penerima dana bantuan AS, jelang sidang luar biasa Majelis Umum PBB yang mengagendakan voting terkait resolusi yang menolak pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Kamis, 21 Desember waktu New York.
Draf resolusi tak menyebut nama Amerika Serikat. Namun, di sana tertulis bahwa setiap putusan terkait Yerusalem harus dibatalkan.
"Biarkan mereka memilih untuk melawan. Kita justru akan banyak menghemat. Jangan pedulikan," kata Trump dalam rapat kabinet terakhir yang digelar pada tahun 2017, seperti dikutip dari BBC. Ia mengancam akan menghentikan bantuan senilai miliaran dolar untuk negara-negara yang menentang keputusannya. Total ada 193 negara yang ikut dalam pemungutan suara.
Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki dan koleganya dari Turki, Mevlut Cavusoglu, menuduh AS melakukan intimidasi.
"Kami melihat bahwa Amerika Serikat, yang ditinggalkan sendirian, sekarang beralih mengancam. Tidak ada negara terhormat dan bermartabat yang tunduk pada tekanan ini," kata Cavusoglu dalam sebuah konferensi pers bersama di Ankara.
Sementara, Duta Besar Bolivia untuk PBB, Sacha Llorenty dikabarkan menghampiri Dubes AS Nikki Haley.
Ia meminta nama negaranya menjadi yang pertama ditulis dalam catatan hitam sang Dubes: sebagai penentang keputusan Donald Trump.
Sebelumnya, Nikki Haley -- melalui sebuah surat kepada para Duta Besar PBB, termasuk diplomat asal Eropa lebih dulu mengeluarkan ultimatum.
Dalam suratnya, Haley menulis, "Presiden akan menyimak pemungutan suara dengan saksama dan meminta saya melaporkan padanya siapa saja yang telah melawan kami".
AS telah lebih dulu memveto rancangan resolusi soal Yerusalem di Dewan Keamanan PBB. Dari 15 total anggota DK PBB, hanya Negeri Paman Sam satu-satunya negara yang bersikukuh mempertahankan klaim Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Skor akhir 1 melawan 14.
Sejumlah negara anggota Dewan Keamanan PBB seperti Rusia, China, dan Prancis menolak kebijakan AS. Pun dengan dua sekutu dekat Washington DC, Jepang dan Inggris.
Resolusi terbaru yang diloloskan di Majelis Umum PBB sangat mirip dengan yang digagas di forum DK PBB. Yang berbeda hanya, di Majelis Umum PBB, penggunaan hak veto tidak berlaku.
Resolusi tersebut menegaskan kembali 10 resolusi DK PBB sebelumnya, termasuk yang menyebutkan bahwa status akhir Yerusalem harus diputuskan dalam perundingan langsung antara Palestina dan Israel.